KARNA alias RADHEYA
KARNA alias RADHEYA – THE MIGHTIEST WARRIOR
Pandangan umum melihat bahwa ARJUNA
adalah yang paling sakti. Lebih sakti ARJUNA atau KARNA? Saya melihat
ARJUNA adalah ksatria terbaik, sedangkan KARNA adalah ksatria tersakti.
Let’s see this step by step.
KRISHNA sendiri khawatir jika kelak
ARJUNA sampai berhadapan dengan KARNA. KRISHNA berkata bahwa KARNA hanya
menggunakan 25% kesaktiannya, kemudian berkata bahwa sesungguhnya tak
seorangpun didunia ini yang bisa membunuh KARNA.
25% hilang karena body-armour diminta
sang bathara INDRA yang menyamar menjadi pengemis. KARNA ikhlas
menyerahkannya. 25% hilang karena berbagai kutukan, kutukan lupa ilmu,
kereta terjerembab, mati tanpa senjata. KARNA bersedia menerima. 25%
hilang karena ibunya (KUNTI) memintanya hanya sekali memakai panah
Naga-sasra jika melawan ARJUNA. KARNA berjanji. Juga pusaka khusus
sekali pakai (pasti kena & pasti mati) dari bathara INDRA sebagai
kompensasi dimintanya body-armour, telah diserahkan ke DURYODHANA secara
tak langsung untuk membunuh GHATOTKACHA.
Apakah ini berarti kita harus mempercayai
perkataan KRISHNA begitu saja dan berkesimpulan bahwa KARNA adalah
ksatria terhebat se-Mahabharata? Tidak. Mari kita lihat dengan cara
pandang dan analisis kita sendiri.
Sebelum perang besar berlangsung. ARJUNA
tidak kehilangan kesaktian apapun, sedangkan KARNA telah kehilangan
body-armour dari sang surya yang membuatnya tak dapat mati. ARJUNA tidak
mendapat kutukan, sedangkan KARNA sudah dibebani 3 kutukan yang belum
terjadi.
Ya,
KARNA mengalahkan semua saudara ARJUNA tanpa membunuhnya
ARJUNA tak bisa membunuh KARNA dengan fair
ARJUNA bahkan tak sedikitpun membuat KARNA cedera selama peperangan.
ARJUNA tak menemukan titik kelemahan (astras) KARNA
ARJUNA lolos dua kali, saat matahari terbenam, dan penyelamatan oleh KRISHNA
ARJUNA akhirnya membunuh KARNA dengan curang
ARJUNA tak bisa membunuh KARNA dengan fair
ARJUNA bahkan tak sedikitpun membuat KARNA cedera selama peperangan.
ARJUNA tak menemukan titik kelemahan (astras) KARNA
ARJUNA lolos dua kali, saat matahari terbenam, dan penyelamatan oleh KRISHNA
ARJUNA akhirnya membunuh KARNA dengan curang
Semua bukti ini mendukung bahwa KARNA
lebih sakti dari ARJUNA. Di Mahabharata, ARJUNA sering diilustrasikan
sebagai ikan, sedangkan KARNA sebagai ikan paus, untuk melihat bahwa
ikan kecil dapat mengalahkan ikan paus, tentu oleh petunjuk KRISHNA.
Jadi, KARNA adalah superior se-Mahabharata. Tidak ada bukti lain bahwa
ARJUNA seimbang dalam hal kesaktian (ability), Bhisma berkata demikian,
dan Drona pun berkata demikian.
KARNA, Son of the Sun. Superior, setia,
loyal, malang. Saat lahir dihanyutkan ke sungai seperti Musa (as).
KARNA, berada di sisi antagonis untuk menghancurkan kejahatan itu
sendiri. KARNA, welas-asih kepada para pengemis, anak jalanan, dan
orang-orang miskin, namun sombong terhadap musuh. KARNA, murid yang
dikutuk oleh gurunya sendiri. Saat itu gurunya sedang tidur di paha
KARNA, dan KARNA diam saja saat kakinya sendiri digigit kalajengking
demi kenyamanan gurunya agar tidak terbangun. Karakter seperti ini hanya
bisa ditemukan pada jiwa ksatria. KARNA, satu-satunya ksatria yang
memperoleh kematian moksha langsung dari KRISHNA dalam peperangan.
Ada lagu dari Therion yang bertema KARNA dan Kali Yuga berjudul Son of the Sun, album Lemuria & Sirius B.
Ada juga kuil kuno matahari di mesir bernama KARNAK.
Ada juga kuil kuno matahari di mesir bernama KARNAK.
===========
Kesalahan Karna adalah dia dengan dalih loyal membela pihak yg salah.
Kalau Karna adalah ksatria sejati seharusnya dia tahu kalau tindakan Kurawa salah dan memberi peringatan kepada Kurawa bahwa mereka salah, walaupun dengan konsekwensi tidak disukai oleh Duryudana dan adik2nya.
Kalau Karna adalah ksatria sejati seharusnya dia tahu kalau tindakan Kurawa salah dan memberi peringatan kepada Kurawa bahwa mereka salah, walaupun dengan konsekwensi tidak disukai oleh Duryudana dan adik2nya.
=================
Rasa nasionalism Karna begitu besar sehingga bahkan diapun berperang melawan saudara2 nya sendiri.
Yang merawat Karna tuh pihak Kurawa kan…
Wajar lah..kalau Karna tidak ingin seperti kacang lupa kulit..
Yang merawat Karna tuh pihak Kurawa kan…
Wajar lah..kalau Karna tidak ingin seperti kacang lupa kulit..
================
Kisah Mahabarata tidak mudah dipahami
begitu saja, termasuk kisah Karna. Mengapa Karna memihak Kurawa
dibandingkan Pandawa ? Hal ini mudah dimengerti. Pada masa kanak-kanak
mereka, Karna sangat dihina oleh Pandawa, karena dia bukan golongan
raja. Melainkan hanya anak sais kereta saja. Kurawa melihat kejadian
demikin menjadi phak yang oportunistis, terutama melihat potensi Karna
sebagai ahli panah terbaik. Dan akhirnya diberi kedudukan sebagai raja
di Angga. Pemberian ini bukan tanpa parih, tetapi agar Karna dapat
membunuh Arjuna. Karna dikutuk oleh Parasurama gurunya, karena karna
telah menipu gurunya dengan mengaku bahwa dirinya adalah golongan
Brahmana, padahal dia golongan Ksatria yang tentu saja tahan sakit.
Kunti, bagaimana mungkin seorang ibu membuang anaknya demi status calon
permaisuri ? Kunti menyesal karena Karna dapat mengalahka Arjuna, anak
terkasihnya. Kisah Karna ini tidak cukup dipahami hanya dari konteks
benar-salah, atau baik-buruk saja. Tetapi bagaimana sisi-sisi
kemanusiaan ketika dihadapkan pada suatu peristiwa/kepentingan. Latar
belakang budaya tentunya harus dipahami juga.
=====================
Kurawa memanfaatkan kelemahan Karna yg
lebih mementingkan harga diri daripada kebenaran. Karna banyak disakiti
selama hidupnya hanya Kurawa yg mau menghargai dia. Dia dihadapkan pada
pilihan yg sangat sulit.
Ya itulah maksud saya Karna memilih jalan yg salah untuk kemuliaan semu, lebih baik memihak yg salah ats dasar balas budi. Dia tahu Kurawa salah tapi memilih diam.
Ya itulah maksud saya Karna memilih jalan yg salah untuk kemuliaan semu, lebih baik memihak yg salah ats dasar balas budi. Dia tahu Kurawa salah tapi memilih diam.
============
Karna tetap berpihak pada Kurawa krn dia
telah berjanji setia, dan itu ia tepati (walau di kemudian hari ia sadar
bahwa ia membela yg salah). Ia termasuk yg kuat memegang
sumpah/janjinya.
================
Kesulitan memahami mahabrata (versi
asli/versi India) karena kita memahami versi Indonesia terlebih dahulu.
Sudah pasti terdapat prbedaan logika karena latar belakang budaya India
dan Indonesia. Hebatnya, apapun pilihan kita (contohnya kasus Karna)
selalu ada alasan pembenarnya. Kisah ini sangat “Elit Sentris”, dimana
golongan Brahmana dan Ksatria sangat mendapat tempat (barangkali sesuai
dengan budaya India). Bagi kita kisah ini meperkaya pemahaman terhadap
kemanusiaan, baik sisi terang maupun sisi gelapnya.
===============
Karna:
- saat bayi aku dihanyutkan ke sungai, dipungut oleh suami-istri miskin. bapakku kusir (ADHIRATA), ibuku (RADHA) sangat sayang.
- saat remaja aku suka menyendiri mencari jati-diri di pantai, menangisi siapa ibu asliku yang tega membuangku seperti ini.
- dunia memang kejam & terus berputar, tak ada kata putus-asa, aku mencari guru terbaik, dialah DRONA.
- namun DRONA menolakku mentah-mentah. memang aku miskin, gimbal, tak jelas, dan DRONA sudah punya ARJUNA dari kasta mapan.
- latar belakang ini mengenalkanku pada penderitaan rakyat miskin, maka apapun akan kuberikan kepada golongan miskin.
- tengah malam aku bermimpi, sang Surya memperingatkanku bahwa body-armour ditubuh ini kelak akan diminta gelandangan lapar.
- aku ikhlas jika body-armour untuk para pengemis. lebih baik mati sebagai ksatria daripada infinity seperti Superman.
- saat sayembara memperebutkan DRAUPADI, akulah satu-satunya orang yang berhasil mengangkat busur panah sebelum ARJUNA.
- sungguh malang, DRAUPADI memang sangat cantik namun hatinya tak secantik parasnya. hatiku diremuk DRAUPADI.
- ia menolakku sebelum mengerti aku, mengatakanku anak kusir, tak terkenal, tak pantas jadi suaminya, sungguh menyakitkan.
- semakin suram, kutukan datang bertubi-tubi dari berbagai arah bagaikan badai tak terduga.
- sejak sayembara itu aku sering diolok-olok oleh kubu Pandava (BHIMA). datanglah “messiah” dalam hidupku, DURYODHANA.
- KRISHNA sudah mendatangiku sebelum perang dimulai. dia mengerti jati-diriku. aku pun tetap tegas disisi Kaurava.
- KRISHNA pun tertawa pada penjelasanku, beliau merestuiku. memang takdir dan dharma orang itu milik masing-masing.
- saat subuh aku sembahyang di pinggir sungai, datanglah ibuku KUNTI sambil menangis sejadi-jadinya, kujawab tegas: kenapa baru sekarang ibu menjelaskan bahwa aku adalah saudara tertua Pandava, seperti ini jadinya aku harus menghadapi adik-adikku sendiri bu! pokoknya aku akan tetap berada disisi antagonis, DURYODHANA mengenalkanku arti “persahabatan sejati”. aku tahu Kaurava itu golongan yang jahat, dan ibu pasti tahu jika aku ke kubu Pandava maka akulah sang penghianat. namun jika tetap disini dan mati sebagai diriku maka aku adalah ksatria yang menjalankan dharmaku sendiri, tak peduli orang awam mengenalku sebagai golongan jahat. aku tak akan membunuh Pandava bu, jangan bersedih. ibu tetap akan memiliki 5 putera. ibu hanya terlalu berangan-angan ingin memiliki 6 putera, pulanglah bu (dalam hatiku 5 putera itu artinya mengganti ARJUNA dengan diriku).
see? kemalangan, dihina, dilecehkan,
kutukan, menyertai KARNA sejak lahir hingga membawanya ke sisi seberang.
lihatlah bu dunia ini panggung sandiwara, aku hanya perlu menjalankan
peranku dengan baik. lebih dari sekedar hitam-putih benar-salah baik-jahat untung-rugi
=============
Kisah Mahabharata adalah kisah manusia
dan kemanusiaannya. Bahkan para Dewa pun digambarkan dengan sisi-sisi
manusia pula. Perlu panduan untuk dapat mengerti “pesan apa” yang hendak
disampaikan. Saya yakin jika kisah ini dipahami dengan benar, akan
membuat manusia lebih manusiawi. Cinta, kesetiaan, kuasa, intrik dan
tipu daya, integritas dan kemarahan, semua diramu dalam kisah ini.
Selamat menikmati.
==============
Setiap karakter dalam Mahabharata tidak
bisa lari dari ‘karma’ masing-masing, maka keluhuran budi dinilai bukan
pada siapa dia berpihak, tapi dengan sikapnya dalam menerima takdir dan
menjalaninya dengan teguh dan gagah berani.
Karakter paling menonjol dalam Mahabharata adalah kakek Bhisma dan
Karna, keduanya berada di pihak Kurawa, kemudian Yudhistira di pihak
Pandawa. Ketiganya menghadapi pilihan-pilihan sulit dan berani
menjalankan konsekuensinya dengan teguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar