Kresna
Awatara Wisnu
Dewanagari: कृष्ण
Ejaan Sanskerta: kṛṣṇa
Nama lain: Narayana; Madhawa;
Wasudewa; Gopala;
dan lain-lain
Golongan: Wangsa Yadawa,
Awatara Wisnu
Kediaman: Wrindawan dan
Kerajaan Dwaraka
Senjata: Chakram
Pasangan: Radha, Rukmini,
Satyabama, Jambawati,
dan 16.104 istri lainnya
Kresna atau Krishna (Dewanagari: कृष्ण; dilafalkan kṛṣṇa menurut
IAST; dilafalkan ‘kɹ̩ʂ.nə dalam bahasa Sanskerta) adalah salah satu Dewa
yang banyak dipuja oleh umat Hindu karena dianggap merupakan aspek dari
Brahman.[1] Ia disebut pula Nārāyana, yaitu sebutan yang merujuk kepada
perwujudan Dewa Wisnu yang berlengan empat di Waikuntha. Ia biasanya
digambarkan sebagai sosok pengembala muda yang memainkan seruling
(seperti misalnya dalam Bhagawatapurana) atau pangeran muda yang
memberikan tuntunan filosofis (seperti dalam Bhagawadgita). Dalam Agama
Hindu pada umumnya, Kresna dipuja sebagai awatara Wisnu yang kedelapan,
dan dianggap sebagai Dewa yang paling hebat dalam perguruan Waisnawa.
Dalam tradisi Gaudiya Waisnawa, Kresna dipuja sebagai sumber dari segala
awatara (termasuk Wisnu).[2]
Menurut kitab Mahabharata, Kresna berasal dari Kerajaan Surasena,
namun kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama Dwaraka.
Dalam wiracarita Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja yang
bijaksana, sakti, dan berwibawa. Dalam kitab Bhagawadgita, ia adalah
perantara kepribadian Brahman yang menjabarkan ajaran kebenaran mutlak
(dharma) kepada Arjuna. Ia mampu menampakkan secercah kemahakuasaan
Tuhan yang hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu perang keluarga
Bharata akan berlangsung. Ketiga orang tersebut adalah Arjuna, Sanjaya,
dan Byasa. Namun Sanjaya dan Byasa tidak melihat secara langsung,
melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang
Bharatayuddha.
Asal usul nama “Krishna”
Kresna dan Yasoda, ibu tirinya. Lukisan karya Raja Ravi Varma.
Dalam bahasa Sanskerta, kata Krishna berarti “hitam” atau “gelap”,
dan kata ini umum digunakan untuk menunjukkan pada orang yang berkulit
gelap. Dalam Brahma Samhita dijabarkan bahwa Krishna memiliki warna
kulit gelap bersemu biru langit.[3] Dan umumnya divisualkan berkulit
gelap atau biru pekat. Sebagai Contoh, di Kuil Jaganatha, di Puri,
Orissa, India (nama Jaganatha, adalah nama yang ditujukan bagi Kresna
sebagai penguasa jagat raya) di gambarkan memiliki kulit gelap
berdampingan dengan saudaranya Baladewa dan Subadra yang berkulit cerah.
Nama lain
Kresna sebagai awatara sekaligus orang bijaksana memiliki banyak sekali
nama panggilan sesuai dengan kepribadian atau keahliannya. Nama
panggilan tersebut digunakan untuk memuji, mengungkapkan rasa hormat,
dan menunjukkan rasa persahabatan atau kekeluargaan. Nama panggilan
Kresna di bawah ini merupakan nama-nama dari kitab Mahabarata dan
Bhagawadgita versi aslinya (versi India). Nama panggilan Kresna adalah:
Achyuta (Acyuta, yang tak pernah gagal)
Arisudana (penghancur musuh)
Bhagavān (Bhagawan, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa)
Gopāla (Gopaala, Pengembala sapi)
Govinda (Gowinda, yang memberi kebahagiaan pada indria-indria)
Hrishikesa (Hri-sikesa, penguasa indria)
Janardana (juru selamat umat manusia)
Kesava (Kesawa, yang berambut indah)
Kesinishūdana (Kesini-sudana, pembunuh raksasa Kesin)
Mādhava (Madawa, suami Dewi Laksmi)
Madhusūdana (Madu-sudana, penakluk raksasa Madhu)
Mahābāhu (Maha-bahu, yang berlengan perkasa)
Mahāyogi (Maha-yogi, rohaniwan besar)
Purushottama (Purusa-utama, manusia utama, yang berkepribadian paling baik)
Varshneya (Warsneya, keturunan wangsa Wresni)
Vāsudeva (Waasudewa, putera Basudewa)
Vishnu (Wisnu, penitisan Batara Wisnu)
Yādava (Yaadawa, keturunan dinasti Yadu)
Yogesvara (Yoga-iswara, penguasa segala kekuatan batin)
Kehidupan Sang Kresna
Ilustrasi Kresna sebagai pengembala, sedang memainkan bansuri (seruling).
Ikthisar kehidupan Sri Kresna di bawah ini diambil dari Mahabharata,
Hariwangsa, Bhagawatapurana, dan Wisnupurana. Lokasi dimana Kresna
diceritakan adalah India Utara, yang mana sekarang merupakan wilayah
negara bagian Uttar Pradesh, Bihar, Haryana, Delhi, dan Gujarat. Kutipan
pada permulaan dan akhir cerita merupakan teologi yang tergantung pada
sudut pandang cerita.
Penitisan
Kutipan di bawah ini menjelaskan alasan mengapa Wisnu menjelma. Dalam
sebuah kalimat dalam Bhagawatapurana:“ Dewa Brahma memberitahu para
Dewa: Sebelum kami menyampaikan permohonan kepada Beliau, Beliau sudah
sadar terhadap kesengsaraan di muka bumi. Maka dari itu, selama Beliau
turun ke bumi demi menuntaskan kewajiban dengan memakai kekuatan-Nya
sendiri sebagai sang waktu, wahai kalian para Dewa semuanya akan
mendapat bagian untuk menjelma sebagai para putera dan cucu dari
keluarga Wangsa Yadu.[4] ”
Kitab Mahabharata yang pertama (Adiparwa, bagian Adiwansawatarana)
memberikan alasan yang serupa, meskipun dengan perbedaan yang kecil
dalam bagian-bagiannya.
Kelahiran
Kepercayaan tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan
perhitungan astronomi mengatakan bahwa Sri Kresna lahir pada tanggal 19
Juli tahun 3228 SM.[5]
Kresna berasal dari keluarga bangsawan di Mathura, dan merupakan
putera kedelapan yang lahir dari puteri Dewaki, dan suaminya Basudewa.
Mathura adalah ibukota dari wangsa yang memiliki hubungan dekat seperti
Wresni, Andhaka, dan Bhoja. Mereka biasanya dikenali sebagai Yadawa
karena nenek moyang mereka adalah Yadu, dan kadang-kadang dikenal
sebagai Surasena setelah adanya leluhur terkemuka yang lain. Basudewa
dan Dewaki termasuk ke dalam wangsa tersebut. Raja Kamsa, kakak Dewaki,
mewarisi tahta setelah menjebloskan ayahnya ke penjara, yaitu Raja
Ugrasena. Karena takut terhadap ramalan yang mengatakan bahwa ia akan
mati di tangan salah satu putera Dewaki, maka ia menjebloskan pasangan
tersebut ke penjara dan berencana akan membunuh semua putera Dewaki yang
baru lahir. Setelah enam putera pertamanya terbunuh, dan Dewaki
kehilangan putera ketujuhnya, lahirlah Kresna. Karena hidupnya terancam
bahaya maka ia diselundupkan keluar dan dirawat oleh orangtua tiri
bernama Yasoda dan Nanda di Gokula, Mahavana. Dua anaknya yang lain juga
selamat yaitu, Baladewa alias Balarama (putera ketujuh Dewaki,
dipindahkan ke janin Rohini, istri pertama Basudewa) dan Subadra (putera
dari Basudewa dan Rohini yang lahir setelah Baladewa dan Kresna).
Tempat yang dipercaya oleh para pemujanya untuk memperingati hari
kelahiran Kresna kini dikenal sebagai Krishnajanmabhumi, dimana sebuah
kuil didirikan untuk memberi penghormatan kepadanya.
Lukisan yang menggambarkan Kresna sedang mengangkat Bukit Gowardhana. Salah satu koleksi dari Institusi Smithsonian.
Masa kanak-kanak dan remaja
Nanda merupakan pemimpin di komunitas para pengembala sapi, dan ia
tinggal di Vrindavana. Kisah tentang Kresna saat masa kanak-kanak dan
remaja ada di sana termasuk dengan siapa dia tinggal, dan
perlindungannya kepada orang-orang sekitar. Kamsa yang mengetahui bahwa
Kresna telah kabur terus mengirimkan raksasa (seperti misalnya Agasura)
untuk membinasakannya. Sang raksasa akhirnya terkalahkan di tangan
Kresna dan kakaknya, Baladewa. Beberapa di antara kisah terkenal tentang
keberanian Kresna terdapat dalam petualangan ini serta permainannya
bersama para gopi (pengembala perempuan) di desa, termasuk Radha. Kisah
yang menceritakan permainannya bersama para gopi kemudian dikenal
sebagai Rasa lila.
Kresna Sang Pangeran
Kresna yang masih muda kembali ke Mathura, dan menggulingkan kekuasaan
pamannya – Kamsa – sekaligus membunuhnya. Kresna menyerahkan tahta
kembali kepada ayah Kamsa, Ugrasena, sebagai Raja para Yadawa. Ia
sendiri menjadi pangeran di kerajaan tersebut. Dalam masa ini ia menjadi
teman Arjuna serta para pangeran Pandawa lainnya dari Kerajaan Kuru,
yang merupakan saudara sepupunya, yang tinggal di sisi lain Yamuna.
Kemudian, ia memindahkan kediaman para Yadawa ke kota Dwaraka (di masa
sekarang disebut Gujarat). Ia menikahi Rukmini, puteri dari Bismaka dari
Kerajaan Widarbha.
Menurut beberapa sastra, Kresna memiliki 16.108 istri, delapan orang
di antaranya merupakan istri terkemuka, termasuk di antaranya Radha,
Rukmini, Satyabama, dan Jambawati. Sebelumnya 16.000 istri Kresna yang
lain ditawan oleh Narakasura, sampai akhirnya Kresna membunuh Narakasura
dan membebaskan mereka semua. Menurut adat yang keras pada waktu itu,
seluruh wanita tawanan tidak layak untuk menikah sebagaimana mereka
masih di bawah kekuasaan Narakasura, namun Kresna dengan gembira
menyambut mereka sebagai puteri bangsawan di kerajaannya. Dalam tradisi
Waisnawa, para istri Kresna di Dwarka dipercaya sebagai penitisan dari
berbagai wujud Dewi Laksmi.
Kresna merupakan saudara sepupu dari kedua belah pihak dalam perang
antara Pandawa dan Korawa. Ia menawarkan mereka untuk memilih pasukannya
atau dirinya. Para Korawa mengambil pasukannya sedangkan dirinya
bersama para Pandawa. Ia pun sudi untuk menjadi kusir kereta Arjuna
dalam pertempuran akbar. Bhagawadgita merupakan wejangan yang diberikan
kepada Arjuna oleh Kresna sebelum pertempuran dimulai.
Kehidupan di kemudian hari
Setelah perang, Kresna tinggal di Dwaraka selama 36 tahun. Kemudian
pada suatu perayaan, pertempuran meletus di antara para kesatria Wangsa
Yadawa yang saling memusnahkan satu sama lain. Lalu kakak Kresna –
Baladewa – melepaskan raga dengan cara melakukan Yoga. Kresna berhenti
menjadi raja kemudian pergi ke hutan dan duduk di bawah pohon melakukan
meditasi. Seorang pemburu yang keliru melihat sebagian kaki Kresna
seperti rusa kemudian menembakkan panahnya dan menyebabkan Kresna
mencapai keabadian. Menurut Mahabharata, kematian Kresna disebabkan oleh
kutukan Gandari. Kemarahannya setelah menyaksikan kematian
putera-puteranya menyebabkannya mengucapkan kutukan, karena Kresna tidak
mampu menghentikan peperangan. Setelah mendengar kutukan tersebut,
Kresna tersenyum dan menerima itu semua, dan menjelaskan bahwa
kewajibannya adalah bertempur di pihak yang benar, bukan mencegah
peperangan.
Menurut referensi dari Bhagawatapurana dan Bhagawad Gita, ditafsirkan
bahwa Kresna wafat sekitar tahun 3100 SM.[6] Ini berdasarkan deskripsi
bahwa Kresna meninggalkan Dwarka 36 tahun setelah peperangan dalam
Mahabharata terjadi. Matsyapurana mengatakan bahwa Kresna berusia 89
tahun saat perang berkecamuk. Setelah itu Pandawa memerintah selama 36
tahun, dan pemerintahan mereka terjadi saat permulaan zaman Kaliyuga.
Selanjutnya dikatakan bahwa Kaliyuga dimulai saat Duryodana dijatuhkan
ke tanah oleh Bima.[7]
Hubungan keluarga
Ayah Kresna adalah Prabu Basudewa, yang merupakan saudara lelaki (kakak)
dari Kunti atau Partha, istri Pandu yang merupakan ibu para Pandawa,
sehingga Kresna bersaudara sepupu dengan para Pandawa. Saudara misan
Kresna yang lain bernama Sisupala, putera dari Srutadewa alias
Srutasrawas, adik Basudewa. Sisupala merupakan musuh bebuyutan Kresna
yang kemudian dibunuh pada saat upacara akbar yang diselenggarakan
Yudistira.
Untuk silsilah yang lebih lengkap, lihat Silsilah Dinasti Kuru dan Yadu.
Kresna dalam pewayangan Jawa
Dalam pewayangan Jawa, Prabu Kresna merupakan Raja Dwarawati,
kerajaan para keturunan Yadu (Yadawa) dan merupakan titisan Dewa Wisnu.
Kresna adalah anak Basudewa, Raja Mandura. Ia (dengan nama kecil
“Narayana”) dilahirkan sebagai putera kedua dari tiga bersaudara.
Kakaknya dikenal sebagai Baladewa (alias Kakrasana) dan adiknya dikenal
sebagai Subadra, yang tak lain adalah istri dari Arjuna. Ia memiliki
tiga orang istri dan tiga orang anak. Istri isterinya adalah Dewi
Jembawati, Dewi Rukmini, dan Dewi Satyabama. Anak-anaknya adalah Raden
Boma Narakasura, Raden Samba, dan Siti Sundari.
Pada perang Bharatayuddha, beliau adalah sais atau kusir Arjuna. Ia
juga merupakan salah satu penasihat utama Pandawa. Sebelum perang
melawan Karna, atau dalam babak yang dinamakan Karna Tanding sebagai
sais Arjuna, beliau memberikan wejangan panjang lebar kepada Arjuna.
Wejangan beliau dikenal sebagai Bhagawadgita.
Kresna dikenal sebagai seorang yang sangat sakti. Ia memiliki
kemampuan untuk meramal, mengubah bentuk menjadi raksasa, dan memiliki
bunga Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan kembali orang yang mati. Ia
juga memiliki senjata yang dinamakan Cakrabaswara yang mampu digunakan
untuk menghancurkan dunia, pusaka-pusaka sakti, antara lain Senjata
Cakra, Kembang Wijayakusuma, terompet kerang (Sangkala) Pancajahnya,
Kaca Paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan.
Setelah meninggalnya Prabu Baladewa (Resi Balarama), kakaknya, dan
musnahnya seluruh Wangsa Wresni dan Yadawa, Prabu Kresna menginginkan
moksa. Ia wafat dalam keadaan bertapa dengan perantara panah seorang
pemburu bernama Jara yang mengenai kakinya.
Kresna dianggap sebagai penjelmaan Sang Hyang Triwikrama, atau gelar
Bhatara Wisnu yang dapat melangkah di tiga alam sekaligus. Ia juga
dipandang sebagai perantara suara Tuhan dalam menjalankan misi sebagai
juru selamat umat manusia, dan disetarakan dengan segala sesuatu yang
agung. Kutipan di bawah ini diambil dari kitab Bhagawadgita (percakapan
antara Kresna dengan Arjuna) yang menyatakan Sri Kresna sebagai awatara.
Terjemahan
Kapan pun kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itu Aku turun menjelma, wahai keturunan Bharata (Arjuna)
Untuk menyelamatkan orang saleh dan membinasakan orang jahat, dan
menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman
Aku adalah Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati semua makhluk
hidup. Aku adalah awal, pertengahan dan akhir semua makhluk
Wahai Arjuna, di antara semua pendeta, ketahuilah bahwa Aku adalah
Brihaspati, pemimpinnya. Di antara para panglima, Aku adalah Kartikeya,
dan di antara segala sumber air, Aku adalah lautan
Di antara para Detya, Aku adalah Prahlada, yang berbakti dengan setia.
Di antara segala penakluk, Aku adalah waktu. Di antara segala hewan, Aku
adalah singa, dan di antara para burung, Aku adalah Garuda.
Di antara segala penipu, Aku adalah penjudi. Aku adalah kemulian dari
segala sesuatu yang mulia. Aku adalah kejayaan, Aku adalah petualangan,
dan Aku adalah kekuatan orang yang kuat
Di antara keturunan Wresni, Aku ini Kresna. Di antara Panca Pandawa, Aku
adalah Arjuna. Di antara para Resi, Aku adalah Wyasa. Di antara para
ahli pikir yang mulia, aku adalah Usana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar