Bharata (raja)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Terkini (belum ditinjau)
Lukisan Bharata yang bermain dengan singa, karya Raja Ravi Varma.
Menurut legenda, Bharata merupakan seorang raja yang menaklukkan
wilayah Asia Selatan. Daerah kekuasaannya kemudian dikenal sebagai
Bharatawarsha. Raja tersebut disebut-sebut dalam Mahabharata sebagai
seorang penakluk. Menurut legenda, Bharata merupakan putera Duswanta dan
Sakuntala, dari Wangsa Chandra.
Bharatawarsha
Istilah Bharatawarsha merujuk kepada wilayah anakbenua India. Menurut
legenda India, Bharata merupakan raja pertama dan satu-satunya yang
memerintah anakbenua India.
Kitab Wisnupurana memiliki referensi mengenai wilayah Bharatawarsha. Hal itu dinyatakan sebagai berikut:“
Uttaram yat samudrasya Himdreschaiva daksinam varsham tat Bharatam nama Bharati yatra santati.
Wilayah yang terbentang dari wilayah Himalayas di utara, sampai
samudra Hindia di selatan disebut Bharatavarsha dan penduduk asli di
wilayah tersebut disebut Bharatiya (bangsa India). ”
Legenda
Latar belakang
Duswanta menolak untuk mengakui Bharata sebagai puteranya.
Bharata lahir sebagai putera dari pasangan Duswanta dan Sakuntala.
Duswanta adalah seorang raja mahsyur dari Kerajaan Kuru, sedangkan
Sakuntala adalah puteri bidadari Menaka yang tumbuh dalam asuhan Resi
Kanwa.
Sebelum Bharata lahir, Sakuntala mengajukan syarat kepada Duswanta
bahwa apabila anaknya lahir sebagai laki-laki, anak itu akan dinobatkan
sebagai penerus tahta. Syarat itu disetujui oleh Duswanta. Setelah
melakukan pernikahan secara gandarwa, Sakuntala ditinggalkan oleh
Duswanta karena terikat kewajiban sebagai raja. Duswanta tidak mengajak
Sakuntala untuk pergi ke istananya. Ia menitipkan sebuah cincin dan
berjanji bahwa ia akan kembali lagi untuk menjemput Sakuntala beserta
anaknya apabila sudah lahir.
Setelah ditinggalkan oleh suaminya, beberapa bulan kemudian Sakuntala
melahirkan seorang putera. Tanda bahwa bayi tersebut akan menjadi
seorang cakrawartin (raja besar/penguasa dunia) tampak pada simbol cakra
di telapak tangannya. Bayi itu diberi nama Sarwadamana. Ia tinggal
dalam asuhan Sakuntala di asrama Resi Kanwa. Karena besar di lingkungan
hutan dan dikelilingi hewan-hewan liar, semenjak kecil Sarwadamana telah
menundukkan binatang-binatang di hutan. Harimau, gajah dan singa takluk
kepadanya. Ia senang bermain bersama harimau dan singa. Ia juga berani
membuka mulut mereka lalu menghitung jumlah gigi hewan buas tersebut.
Setelah lama Sarwadamana tidak dijemput oleh Duswanta, timbulah
keinginan Sakuntala untuk membawa puteranya ke istana di Kerajaan Kuru.
Ia juga membawa cincin yang dititipkan oleh Duswanta. Di tengah
perjalanan, cincin tersebut hilang ke dalam sungai. Sesampainya di
istana, Duswanta menyangkal bahwa Sakuntala adalah istrinya. Ia juga
menyangkal bahwa Sarwadamana adalah puteranya. Hal ini membuat Sakuntala
menjadi sangat sedih. Tiba-tiba terdengarlah sabda dari langit yang
membenarkan ucapan Sakuntala. Setelah mendengar sabda tersebut, Duswanta
tidak bisa mengelak. Ia memenuhi janjinya untuk mencalonkan Sarwadamana
sebagai raja. Pada saat itu pula, nama Sarwadamana diganti menjadi
Bharata.
Bharata sebagai Maharaja
Peta Bharatawarsha.
Bharata dikenal sebagai raja yang berbudi luhur. Keberaniannya setara
dengan Indra, pemimpin para dewa. Ia menaklukkan anakbenua India, dari
lautan sampai Himalaya. Daerah kekuasaannya dikenal sebagai
Bharatawarsha, yang berarti “wilayah kekuasaan Raja Bharata”.
Bharata menikahi Sunandadewi, ratu yang suci dan mulia. Dari
pernikahannya, mereka tidak memiliki anak. Anak mereka tidak ada yang
selamat, meninggal semua. Akhirnya mereka menyelenggarakan upacara
keagamaan yang disebut Maruisoma supaya memperoleh keturunan. Upacara
tersebut dilaksanakan di tepi sungai Gangga. Bharata memiliki sembilan
putera, namun tidak satu pun dari mereka yang pantas untuk meneruskan
pemerintahan. Dalam keadaan tersebut, Dewa Marudgana disertai dengan
Bharadwaja, datang ke tempat penyelenggaraan upacara. Mereka menunjuk
Bharadwaja supaya diadopsi oleh Bharata. Bharadwaja berasal dari garis
keturunan Anggira. Konon ia dapat membawa kemahsyuran bagi keturunan
Bharata.
Akhirnya Bharata menerima Bharadwaja sebagai putera. Bharadwaja
menikah dengan Susila. Sebagai putera angkat Bharata, ia dicalonkan
menjadi raja, namun Bharadwaja tidak tertarik dengan kerajaannya. Ia
lebih memilih mendalami kehidupan rohani. Untuk mengatasi kekecewaan
Bharata, maka Bharadwaja menyelenggarakan upacara suci. Dalam upacara
tersebut, Dewa Agni dipanggil untuk memberikan apa yang diminta oleh
Bharata. Maka Bharata memiliki seorang putera bernama Bhumanyu.
Tak lama kemudian, Raja Bharata mangkat. Bharadwaja tinggal di istana
sampai usia Bhumanyu cukup untuk meneruskan tugas ayahnya. Bharadwaja
membimbingnya dan mengangkatnya menjadi raja. Tindakan Bharadwaja telah
menyelamatkan garis keturunan Dinasti Puru. Dari garis keturunan Raja
Bharata, kesatria-kesatria saleh seperti Pandawa akan lahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar